Sehubungan dengan era
globalisasi yang semakin berpengaruh besar di kehidupan manusia di seluruh muka
bumi ini, Prof. Timbul Haryono menegaskan bahwa ketahanan budaya teramat
diperlukan untuk meminimalisasi dampak negatif atau menahan gempuran-gempuran
dahsyat tersebut dengan menuliskan di dalam Era Global, ketika interaksi
kebudayaan antarbangsa semakin intensif, maka sangat diperlukan ketahanan
budaya yang tangguh. Globalisasi juga ditandai dengan semakin bebasnya arus
informasi dan komunikasi menembus batas-batas teritorial negara, membawa
pengaruh dalam berbagai bidang. Di tengah maraknya arus globalisasi yang masuk ke Indonesia,
melalui cara-cara tertentu membuat dampak positif dan dampak negatif bagi
bangsa Indonesia. Terutama dalam bidang kebudayaan. Karena hal tersebut membuat
semakin berkurangnya nilai-nilai budaya kita oleh pengaruh budaya asing. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka pembangunan
nasional perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya pengembangan kesenian
yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”.
Menyadari bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang dihiasi dengan kenyataan multietnis dan
multicultural, bagaimana nasib budaya lokal di Indonesia, tampaknya memang
teramat layak dan mendesak untuk dipertanyakan, dipikirkan, kemudian
ditindaklanjuti dengan berbagai upaya nyata. Dengan langkah nyata itu
diharapkan bangsa Indonesia tetap mampu eksis, dengan pengertian tidak
terjebak sehingga menjadi tamu di rumah sendiri, atau dengan
pernyataan yang lebih keras rakyat Indonesia „tidak terjajah secara
budaya‟.Sekilas tentang Wujud Budaya dalam konteks ini yang dimaksud budaya
atau kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan adalah
suatu alat untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kebudayaan dibuat oleh manusia.
Hubungan antara masyarakat dan kebudayaan adalah ’Society is the vehicle of
culture’. Di dalam kehidupan berkebudayaan sangat dimungkinkan akan terjadinya
akulturasi budaya, degradasi budaya, dan asosiasi budaya. Peristiwa itu dapat
saja menyangkut ketiga wujud budaya yang ada, yakni wujud budaya ideas
yang akan melahirkan sistem budaya atau adat istiadat, wujud budaya activities
yang akan menghasilkan sistem social, dan wujud budaya artifact
yang akan menghasilkan kebudayaan fisik.
Fakta yang terjadi pada
masyarakat Sunda, salah satu etnis di Indonesia, di satu sisi, mereka jelas
kebanjiran muatan dari budaya asing, di
sisi lain, entah terkait dengan itu atau tidak, mereka mulai meninggalkan dan
melupakan nilai -nilai budaya sendiri. Terlebih-lebih untuk generasi mudanya,
kebanyakan dari mereka merasa ketinggalan zaman, kurang percaya diri, dan seterusnya ketika harus bersentuhan dengan nilai-nilai lokal
dan juga lunturnya penggunaan bahasa sunda dimana para generasi muda jaman
sekarang sebagian besar merasa malu menggunakan bahasa karena yang dipikir kuno
dan tidak penting. Kenyataanya, budaya Sunda dan budaya pada etnis lain yang
terdapat di Indonesia sesungguhnya memiliki ajaran-ajaran berbudi pekerti
luhur. Budi pekerti adalah salah satu alat di samping moral keagamaan dan
Pancasila yang dapat dipakai untuk menangkal pengaruh negatif perubahan dunia.
Era
globalisasi mau tidak mau sampai juga di Indonesia. Kehadirannya tentu membawa ide-ide penting,
ilmu pengetahuan, nilai-nilai budaya, norma hidup, dan lain sebagainya, baik
yang bernilai positif maupun yang negatif. Sejalan dengan itu, Prof. Timbul
Haryono pun mencoba mengajak kita akan
pentingnya upaya penyelamatan dan pelestarian warisan budaya
lokal yang ada, yang itu harus
dilaksanakan secara komprehensif dan bersifat holistik. Mengingat, bahwa
pemanfaatan warisan budaya itu mempunyai tiga kepentingan, yakni kepentingan
ideologi, kepentingan edukasi, dan kepentingan ekonomi.
Referensi : http://pharikesit.blogspot.com/2012/04/interaksi-budaya-dan-pengaruh-terhadap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar